Minggu, 30 Agustus 2009

Study Banding

Alhamdulillah...
Ahad kemarin 30 Agustus 2009 akhirnya RBA- Tegal jadi juga berkunjung ke TBM (Taman Baca Masyarakat) Pelangi di daerah Mejasem. Acara ini memang agak mendadak karena baru terpikirkan awal ramadhan. Inginnya ada pelatihan juga namun berhubung belum ada persiapan yang mateng so kita hanya silaturahmi aja dulu.

Banyak ilmu baru yang kami dapat disana khususnya tentang kepustakaan, ternyata "rumit" juga :D Tapi Insya Allah kita akan belajar dan menggunakannya untuk pengembangan RBA- Tegal kedepannya.

Kamis, 20 Agustus 2009

RBA Berbagi

Dalam rangka bulan ramadhan, RBA-Tegal mengadakan acara "RBA - Berbagi" yaitu dengan berbagi sedikit rezeki kepada teman - teman yang membutuhkan khusunya di lingkungan sekitar RBA - Tegal.
Sesuai dengan tujuan RBA sebagai tempat kebaikan dan membahagiakan khususnya bagi anak - anak, sasaran dari RBA Berbagi adalah adik - adik yatim piatu/ yatim/ piatu/ yang membutuhkan di sekitar RBA - Tegal

Kami selaku pengurus RBA-Tegal, ingin mengajak teman - teman sekalian untuk menyisihkan sedikit rezeki yang telah Allah titipkan pada kita karena disana ada hak - hak mereka. Terlebih dibulan ramadhan ini seluruh amal ibadah kita dilipat gandakan pahalanya.

Untuk bantuan dapat diserahkan langsung ke RBA-Tegal atau dapat ditransfer melalui rekening BNI Cabang Tegal No.Rek; 0162257338 a.n ENDIRAH EKANINGRUM dan jangan lupa konfirmasi ke nomor 08562018563

Seluruh Bantuan yang masuk akan dibagikan kepada adik - adik yang membutuhkan. Apa yang teman - teman titipkan pada kami adalah amanah yang harus kami sampaikan. Semoga dari yang sedikit kita berikan ini, akan memberkan banyak berkah bagi kita semua. Amin

Terima kasih sebelumnya untuk teman - teman yang telah ikut peduli. Baarlah Allah yang membelas kebaikan teman - teman semua ^^

Minggu, 09 Agustus 2009

Nyepeda bareng yuks! ^^











Jum’at malam
Setelah satu bulan ini memaksaku untuk menghabiskan weekend di luar kota karena mengurus keperluan adik yang akan kuliah, akhirnya weekend kali ini bisa ku habiskan bersama teman – teman dan adek – adek di RBA. Malam ini tak banyak anak yang datang, setelah selesai mengerjakan PR bersama akhirnya dilanjutkan "sesi curhat". Tinggal kami berlima di RBA, malam ini Ayu dan Azam yang menjadi lakonnya sedangkan kami bertiga hanya berusaha jadi pendengar yang baik. Namanya juga anak – anak ceritanya juga khas anak –anak, apa yang ada dipikiran mereka itu yang mereka ceritakan. Dengan bahasa Indonesia campur tegal yang medok, tak jarang cerita mereka membuat kami tertawa. Endingnya kita membahas rencana hari Minggu untuk olahraga dan bermain bersama.


Sabtu malam
Anak – anak kembali berkumpul dan memastikan siapa saja yang akan ikut pada hari Minggu besok. Semangat mereka sungguh luar biasa alias keinginan mereka kuat sekali sampai – sampai kami tak kuasa menolaknya. Diputuskan acara besok adalah bersepeda ria jadi harus naik sepeda donk, trus yang ga punya sepeda gimana???


Minggu Pagi
Jam setengah 6 sesuai janji semalam ternyata benar, anak – anak sudah berkumpul di depan RBA dan semuanya belum pada mandi hehehe... Terkumpul 7 anak dan kami bertiga sedangkan hanya ada 5 sepeda. So…jam 6 kurang kita memulai perjalanan dengan aku dengan sepedaku, anca dengan azam, ajeh dengan ayu, lolly dan tian dengan sepedanya masing – masing, dan sisa bertiga terpaksa mengiringi sepeda mengunakan motor. Melewati jalan pedesaan yang kadang halus dan kadang berlobang tak menyurutkan semangat mereka, diiringi canda tawa bahkan keributan – keributan kecil membuat suasana rame dan yang pasti foto – foto donk J. Kurang lebih perjalan 1 jam kami tiba kembali di RBA, sambil menunggu mbak – mbak yang sedang beli bubur kacang hijau kita maen – maen dulu deh. Meski ga ada hadiahnya, meski cuma sedikit yang ikut tapi permainannya tetep seru kok.




Selesai makan bubur kacang lanjut algi permainannya bahkan kali ini kami bertiga ikut jadi peserta. Keceriaan dan kebersamaan pagi itu yang membuat suasana menjadi hangat. Selesai bermain karena memang sedang musim kerja bakti, acara dilanjutkan dengan kerja bakti menata kembali RBA. Ada yang menyapu lantai, menyapu halaman, menata buku dan mengepel lantai, bersih deh… foto – foto lagi deh…:D Pukul setengah sembilan anak – anak pulang dan mandi dulu biar seger tapi ku ga boleh pulang karena harus menunggu mereka kembali ke RBA. Yupz! Pagi itu mereka memaksaku untuk mengajak mereka kerumahku, memang sudah lama mereka menanyakan dimana rumahku dan ribut ingin main kerumahku. Biar ga pada penasaran lagi ok deh hari ini kalian boleh main kerumah.
Respon mereka saat datang kerumahku menurutku terlalu berlebihan namun terima kasih karena kalian aku harus lebih bersyukur lagi bahwa aku masih sangat beruntung. Kubiarkan mereka mnonton tv ditemani suguhan ala kadarnya karena memang sedang tidak ada makanan dirumah. Menjelang pukul 10 anak – anak pulang dengan terpaksa, maaf bukannya bermaksud mengusir tapi siang itu aku ada acara ke pernikahan teman SMA. Dasar anak – anak permintaannya aneh – aneh saja, mereka memohon ingin tetap dirumahku sampai aku pulang dari kondangan pakai sumpah – sumpah segala ga akan ada barang – barang yang hilang. Aku hanya bisa tersenyum mendengar permintaan mereka, hari itu bapak dan ibuku memang sedang tidak ada dirumah jadi mereka ingin berlama – lama dirumahku. Setelah dibujuk – bujuk akhirnya mereka mengerti juga dan aku berjanji lain kali boleh main kerumah lagi. Anak – anakpun meminta jika setiap minggu diadakan acara seperti ini lagi, kami hanya bisa berucap "Insya Allah" dan berharap dalam hati bisa mewujudkannya.
Oya, acara hari ini sebenarnya dalam rangka memperingati 17 Agustus. RBA-pun sudah dihiasai bendera merah putih. Meski sederhana yang penting bermakna.


Sungguh tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa ku akan terjun kedunia yang sekarang menemani hari – hariku. Rumah baca memang impianku tapi jika kenyataan berbicara lebih yang membawaku tak sekedar mendirikan rumah baca melainkan mencoba memahami jiwa – jiwa kecil yang mungkin membutuhkan perhatian lebih, ini semua sudah digariskan oleh-Nya. Semoga Allah selalu membukakan pintu kemudahan bagi kami untuk bisa terus memberi lebih dan lebih. Amin

Senin, 03 Agustus 2009

Jangan Menyerah

keluar tak jua tampak, jangan terburu mengambil langkah mundur. Seringkali pemecahan masalah terletak tak jauh dari keputusan untuk menyerah. Begini saja, jika anda nyaris mengangkat tangan, beristirahatlah sejenak. Istirahat bukan berarti berhenti, melainkan meredakan pikiran, menjernihkan perasaan, dan menyadari kembali irama nafas. Anda takkan menemukan jalan keluar yang terang dalam emosi dan kecerdasan yang teraduk berkecamuk.

Sebenarnya tak ada jalan buntu. Selalu ada jalan keluar, hanya saja mungkin kita tak menyukainya. Padahal seringkali apa yang tak kita sukai justru lebih baik daripada yang kita sukai.

Contohlah semut. Hadanglah jalan seekor semut dengan telapak tangan kita. Perhatikan, ia takkan berhenti termangu-mangu atau mundur. Ia malah memanjati telapak tangan, mencoba menelusupi sela-sela jari, atau memutarinya. Ia takkan berhenti. Ia takkan menyerah. Ia terus maju. Ia mencari semua jalan. Karena itu, kita kagum dengannya.

Harapan adalah jawaban terbaik saat gagal

Tiga anak kecil bermain lompat tali. Aturannya sederhana. Dua anak memegangi tali. Sedang yang seorang berusaha melompatinya. Bila ia gagal atau tersangkut, ia harus ganti memegangi tali. Dan, yang lain mengambil giliran melompat.

Ketika tali masih rendah, ia mampu melompatinya. Saat sedikit-demi-sedikit tali meninggi, ketidakyakinan mulai datang. Keraguan merambah. Namun, tekad untuk tidak kalah lebih kuat sehingga ia harus mencoba. Keyakinan diri membara saat ia mampu melompatinya meski ujung kaki menyentuh tali. Semua anak bertepuk tangan. Namun, ketika tali sejajar pandangan, ia gagal. Dengan sedikit kecewa ia ganti memegangi tali. Tahukah anda apa yang ada dalam benak anak kecil itu?

Saat memegangi tali, ia menunggu ada temannya yang gagal sebagaimana ia pernah gagal. Dan berharap ia bermain lagi agar bisa melompati ketinggian yang gagal ia lalui.
Menjadi pemain selalu menyenangkan karena bisa merasakan keberhasilan. Namun, hanya bila anda tak kehilangan harapan di sela-sela kegagalan, anda layak menantikan saat untuk bermain kembali. Bahkan kita pun harus tahu bagaimana menjadi gagal. Tanpa itu, kita tak tahu bagaimana menjadi menang.
(Editor)