Selasa, 14 Juli 2009 (21:17)
Seperti biasa sepulang kantor, sekitar jam 4 sore aku melangkahkan kaki menuju RBA. Untuk sore hari memang biasa tidak terlalu rame bahkan kadang sepi tapi ba’da maghrib barulah anak – anak berdatangan.
Malam ini ada satu hal yang akhirnya jadi obrolanku dengan mb’ Anis. Seperti judul catatan ini (Buku tulis 58 lembar) hal itulah yang akhirnya membuat kita berpikir tentang sesuatu. Di RBA yang masih apa adanya memang kita menggunakan sebuah lemari buku milik mb’ Anis yang sekaligus untuk menyimpan beberapa buku – buku mb’anis. Diantara buku – buku tersebut ada juga buku – buku tulis yang sengaja mb’Anis kumpulkan dari sisa – sisa buku saat dia sekolah.
Hari ini adalah hari kedua masuk sekolah setelah liburan panjang kemarin. Anak – anak bercerita bahwa mereka belum resmi belajar baru sekedar mencatat jadwal dan menyiapkan buku – buku yang akan digunakan. Saat itu dimulai dari Nia yang sedang asyik melihat buku –buku tulis yang sudah berjajar rapi, sebagian sudah berisi tulisan namun ada pula yang kosong. "Bu, aku pinjem buku ini ya…" tiba – tiba Nia meminta ijin untuk meminjam buku tulis yang dia pegang. Sebenarnya sampai saat ini buku – buku di RBA memang belum bisa dipinjam kerumah karena jumlahnya yang masih terbatas. Yang membuatku bertanya – tanya adalah untuk apa Nia meminjam buku tulis yang ternyata setelah aku lihat didalamnyapun tak ada catatan apa – apa.
Ternyata mereka, murid kelas 3 diminta untuk mengumpulkan buku tulis 58 lembar untuk dijadikan buku ulangan . Ayu yang kelas 5 pun ikut nimbrung bahwa dia juga disuruh mengumpulkan buku yang sama, lalu gimana caranya kalau mau pinjam buku tulis??? Entah apa yang ada dipikiran Nia yang terus "kekeh" ingin meminjam buku tersebut. Dengan berat hati kami tak bisa meluluskan permintaan Nia. Sebenarnya kami ingin memberi, tapi jika satu anak diberi pasti nanti yang lainnya juga akan minta. Spontan aku berkata "bukannya habis pada beli buku baru" tapi mereka menjawab kalo buku yang sudah dibeli masih kurang, "ya beli aja di toko buku di Slawi" dan satu jawaban kembali meluncur dari mulut kecil mereka. "Yaaaaaaah…..kalo harus ke Slawi harus bawa duit banyak, aku ga punya duit" aku seperti berhenti bernafas beberapa detik. Mungkin apa yang tadi aku katakan kurang tepat karena sebuah kenyataan bahwa bagi mereka buku tulis 58 lembar adalah barang mahal yang tak semudah itu untuk dibeli.
Namun aku coba mencerna kembali, mungkin saja sebenarnya mereka mampu membeli buku tulis 58 lembar itu hanya saja itu bukan prioritas bagi orang tua mereka. Dari mb’Anis ku tahu bagaimana latar belakang keluarga serta pekerjaan beberapa orang tua dari mereka. Haruskah lagi – lagi masalah ekonomi menghambat cita – cita mereka. Maaf adek – adek kalau kalian harus pulang dengan kecewa, Insya Allah besok mb’ Anis akan beli buku tulis 58 lembar, jadi kalian bisa beli bukunya di warung mb’ Anis (ga usah jauh – jauh ke Slawi).
Bersyukur sekali aku dalam hati bahwa aku amat sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat memperhatikan pendidikanku dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan sekolahku. Kami hanya bisa membantu semampu kami dan tentunya teriring doa agar semuanya menjadi lebih baik bagiku dan bagi mereka tentunya. Tetap semangat adek – adek ^^!!!
======================================================
Kunjungi juga:
www.ndeelife.multiply.com (tagline: rba)
untuk bantuan dapat menghubungi eka(08562018563)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar